Ini adalah video kesaksian Majed El Shafie : https://www.youtube.com/watch?v=tr1yVeoECX0
Banyak orang di Timur Tengah, yang bahasa Arab adalah bahasa ibu mereka, sedang mengalami pengalaman nyata kebenaran isi Alkitab, Yesus menampakan diri-Nya dan melakukan mujizat-mujizat yang luar biasa. Pengalaman pribadi Majed El Shafie, seorang mahasiswa hukum lahir dan besar di Mesir adalah suatu kesaksian bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan Yang Mahakuasa.
Tujuh hari siksaan yang sangat berat di penjara yang paling ditakuti di seluruh Mesir tidak membuat iman kepada Yesus dari Majed El Shafie gugur, sebaliknya siksaan berat tersebut memacu dirinya untuk menolong orang-orang Kristen yang teraniaya di seluruh dunia. Majed saat ini adalah pendiri One Free World Ministires yang berpusat di Toronto, Kanada.
Majed terlahir di sebuah keluarga Muslim sangat terpandang di Kairo, ibukota Mesir. Bapanya dan saudara laki-lakinya adalah para penasehat hukum yang sukses dan pamanya bekerja sebagai Hakim Mahkamah Agung, Majed sendiri adalah seorang yang mahasiswa hukum sebelum ia pindah dari Islam dan menjadi seorang Kristen.
”Ketika kamu lahir kedalam sebuah keluarga seperti ini, kamu memiliki banyak buku tentang hukum, keadilan dan kebebasan,” Majed mengawali kesaksiannya.
Pada tahun ketiga pada kuliah ilmu hukumnya di Alexandria, Majed terkejut mengetahui adalnya hukum yang melarang pembangunan gedung-gedung gereja, namun mengijinkan membangun bar-bar dan diskotik-diskotik. Dan hukum itu juga melarang merenovasi bangunan-bangunan gereja kuno. Orang-orang Kristen diperlakukan lebih buruk dari masyarakat-masyarakat kelas dua.
[Mesir, dan negara-negara Afrika Utara, adalah negara-negara mayoritas Kristen sebelum orang-orang Islam merebut negara tersebut dengan pedang].
Terpukul oleh ketidak toleransian yang tidak masuk akal tersebut, ia mulai mencurigai ajaran Islam dan bertanya kepada dirinya sendiri, ”Mengapa ada pengainayaan terhadap pengikut ajaran Kristianiti?” Sebagai seorang calon sarjana hukum, dan di besarkan dalam keluarga yang selalu berurusan dengan masalah hukum, ia berkesimpulan: “Musuh mencoba untuk menutupi sesuatu, ada sesuatu yang disembunyikan.” Pencarian kepada keadilan dan kebenaran mulai berlangsung dalam jiwa mahasiswa hukum ini.
Majed menghubungi teman baiknya, Tamer, seorang Kristen, menanyakan pertanyaan yang sama, “Tamer, kenapa ada penganiayaan terhadap orang-orang Kristen?”
Teman takut hubungan persahabatan mereka menjadi terpecah karena pertanyaan tersebut, maka ia memberikan Alkitabnya, dan berkata, ”Pada kitab ini, kamu dapat menemukan jawaban-jawaban untuk setiap pertanyaan yang kamu miliki.”
Saat pertama kali Majed membuka Alkitab tersebut ia membaca Injil Yohanes pasal 8 cerita tentang bagaimana Yesus menangani kasus seorang wanita yang tertangkap basah saat berzinah, ”Saya temukan bahwa Alkitab berisi tentang keadilan, kasih dan pengampunan, lebih dari sekedar tentang hukum.” ia berkata. ”Ini adalah pertaman kalinya saya melihat pengampunan sejati.”
Sejak itu ia mulai membaca Alkitab bersamaan dengna Quran untuk memperbandingkan keduanya. Hampir setahun kemudian, ia datang kepada Tamer dan berkata, ”Tamer, saya sekarang tahu apa itu Kristiani. Kristiani bukanlah suatu agama. Kristiani bukanlah pergi ke gereja setiap minggu dan bernyanyi “Haleluya,” “terpujilah Tuhan” dan begitu lagi sampai Minggu depan. Kristiani adalah suatu hubungan intim bersama Tuhan. Saya percaya dan mau menerima Yesus ke dalam hatiku.”
Majed berpindah ke dalam keyakinan Kristiani dan memulai mengorganisasi jemaat bawah tanah yang telah menarik 24.000 (dua puluh empat ribu) jemaat hanya di dalam dua tahun saja. Ini benar-benar gereja bawah tanah, sebab mereka mengadakan ibadah mereka di goa-goa dipinggiran kota Alexandria.
Sementara ia memimpin gereja bawah tanah tersebut, ia berdiri melawan dua Goliat; hukum pemerintah yang tidak adil dan ajaran Quran, yang dipakai pemerintah untuk membenarkan menganiaya para Kristen melalui bukunya.
Tahun 1998, pagi-pagi sekali lima tentara dan dua polisi mendobrak pintu rumahnya dan membawanya ke kantor polisi untuk diintrogasi, polisi mencoba mendapatkan dari Majed nama-nama orang Kristen yang berhubungan dengan dirinya. Majed menolak. Polisi mengancam: ”Jika kamu ingin bermain keras, kami dapat bermain keras!”
Dia segera digiring ke Penjara Abu Za’abel di Kairo, suatu tempat yang dikenal di Timur Tengah sebagai ”Neraka di Bumi.” Dia dipenjara dengan tuduhan perkara membangkitkan revolusi, mencoba merubah agama Mesir dari Islam menjadi Kristianiti dan ”menyembah dan mengasihi Yesus.”
Di Abu Za’abal, nama dan indentitas resminya diganti, agar keluarga dan organisasi kemanusia tidak bisa menemukan dirinya; ini adalah praktek umum petugas penjara tersebut.
Sementara ia dipenjarakan, petugas penjara mengancam. Pada hari yang sama mereka membawa Majed ke bagian bawah penjara dan menyiksa dia selama tujuh hari berturut-turut; setiap hari tingkat siksaan semakin berat.
Pada hari pertama, kembali mereka bertanya siapa nama-nama rekan Kristennya. Majed tetap tutup mulut untuk hal itu. Maka mereka membotaki kepalanya dan menguyurnya dengan air panas dan kemudian air yang sangat dingin. Majed tetap tidak membuka rahasia.
Hari kedua, mereka lalu menggantung dia terbalik, kaki diatas kepala dibawah. Dalam posisi seperti ini ia dipukuli dengan ban pinggang, disunduti oleh rokok yang membara dan jempol kuku kakinya dirusak. Majed tidak terguncang.
Hari ketiga, ia dibawah ke sebuah sel dan sementara ia berada di sana dengan segala lukanya, mereka memasukkan tiga anjing ke dalam sel penjara tersebut. Anjing-anjing ini adalah binatang yang telah dilatih untuk menyerang manusia dan memakan daging manusia.
Ketika ia melihat tiga anjing digiring ke kamar selnya, ia pergi kepojok sel dan duduk disitu menutup wajah dengan tangannya menantikan penderitaan yang akan menimpa dirinya.
Anjing-anjing semakin dekat, namun tiba-tiba keajaiban terjadi, ia tidak lagi mendengar suara-suara mereka. Ia tidak mengerti, apa yang sedang terjadi, maka, “Saya angkat kedua tanganku dari mukaku untuk melihat apa yang sedang terjadi.” Ternyata ketiga anjing tersebut hanya duduk-duduk saja, sekalipun tuan mereka memerintahkan untuk menyerang.
Merasa tidak percaya apa yang petugas ini saksikan, ia membawa ketiga anjing itu keluar dan meminta kepada rekannya tiga anjing yang lain. Ternyata peristiwa mujizat itu berulang lagi, bahkan seekor anjing menghampirinya dan mulai menjilati mukanya. [Telah diketahui umum, luka-luka pada kulit akan sembuh segera melalui air liur anjing]. Mereka melihat mujizat Tuhan Yesus di depan mata mereka terjadi pada pemuda Kristen ini.
Hari keempat, petugas nomor 27, orang yang tinggi besar, memasuki selnya dan berkata, “Dengarkan, berikan nama-nama teman kamu dan saya akan melepaskanmu. Saya akan berikan kamu apa saja yang kamu mau, rumah besar, mobil baru, wanita-wanita cantik? Akan saya berikan!
”Saya terima tawaran kamu!” Majed berkata,
”Namun pertama-tama, saya belum makan selama tiga hari, bawalah makanan dan setelah itu kita bisa bicara.” Ia mendapat makanan.
”Sekarang kamu beri saya tahu nama orang-orang yang bekerja denganmu?” petugas itu berkata.
”Dengar, kelompok kami adalah kelompok yang sangat besar. Saya tidak bisa memberikan semua nama mereka dan saya sendiri tidak bisa mengingat semuanya. Namun, saya akan memberikan nama ketua kami. Kamu bisa tangkap dia dan dia bisa memberikan dengan tepat nama semua anggota.”
”Saya pikir kamu adalah pemimpinya.”
”Bukan tuan, saya hanyalah seorang pelayan,” Majed menjawab
”Nama ketua kami adalah Yesus, Jika Anda bisa menangkap-Nya, tangkaplah.”
Penjaga nomor 27 ini marah besar. Ia menempeleng Majed sehingga terlempar ke tembok dan memerintahkan rekannya untuk membawa Majed ke ruang lainnya untuk … di salibkan.
“Dalam penghinaan terakhir, para penjaga mencabut pakaianku, lalu mengikat kedua tangan dan kakiku serta leherku ke sebuah balok salib dan membiarkan saya tergantung di kayu salib tersebut selama dua dan setengah (2,5) hari. Diakhir 2,5 hari tersebut, mereka menoreh-noreh bahu sebelah kananku dengan pisau, lalu menaruh lemon (jeruk nipis) dan garam pada daging yang robek tersebut.”
Majed kehilangan kesadarannya, dan ketika ia terbangun ia ternyata ada dirumah sakit. ”Hanya satu hal yang saya ingat saat itu adalah rasa dan bau dari darahku sendiri,” Majed mengingat.
Ia sungguh kehausan saat itu, lalu dalam penglihatan malam, ia melihat Yesus datang kepadanya dan memberi minum dari tangan-Nya dan berkata, “Jika kamu minum air-Ku, mengapa kamu masih butuh air yang lain?” Seminggu kemudian dia pulih total.
Seorang penjaga penjara di rumah sakit itu memberikan informasi kepadanya bahwa langkah berikutnya ia akan ada dieksekusi, jadi ia melarikan diri melalui sebuah jendela belakang rumah sakit.
Pemerintah mengumumkan fatwa 100.000 dollar hadiah bagi kepalanya, ”Wajahku muncul di TV dan di koran-koran, jadi saya tahu bahwa saya tidak dapat tetap tinggal di Mesir,” katanya.
Dengan mengendarai sebuah jet ski ia melintasi Laut Merah, menyeberangi Padang gurun Sinai dan menyerahkan dirinya ke Israel, dimana di Israel yang ditahan selama 16 bulan sementara PBB dan Amnesty Internasional menyelidiki ceritanya sebelum pada akhirnya ia dianugrahi status pengungsi politik dan berimigrasi ke Toronto, Kanada.
[Perlu diingat berada di tahanan Israel bagi orang yang memiliki kasus seperti Majed ini, itu adalah tempat teraman. Hal ini disadari dengan baik oleh Mosab Hassan Yousef, putra dari pendiri dan pemimpin senior Organisasi Hamas, Sheikh Hassan Yousef.
Ketika Mosab akhirnya membuka dirinya ke media bahwa ia telah pindah dari pembela Hamas menjadi agen mata-mata Israel, yang membuat pengikut Hamas mencap dia sebagai ”penghianat Islam” dan berita murtadnya Mosab sempat hangat dimedia internasional selama berbulan-bulan, dari pengakuan dirinya sendiri, baik di media maupun di bukunya ”Son of Hamas” kita tahu bahwa Hassan Yousef, ayahnya, masih berada dipenjara Israel,
dan Mosab berterima kasih kepada pemerintah Israel untuk keamanan ayahnya.]
Pada kesaksian ini ia berkata, ”Semua hal ini telah merubah kehidupanku. Saya sekarang tidak akan menyerah sebab saya tahu banyak orang sedang melalui itu (aniaya berat yang ia juga pernah alami).” – Setiap tahun, 165,000 orang Kristen dibunuh karena iman-iman mereka, ia memberi gambaran.
Kepada semua pemerintah yang menaniaya orang Kristen, Majed El Shafie menawarkan pesan ini:
”Orang-orang Kristen yang teraniaya mati berjatuhan, tetapi mereka tetap tersenyum. Mereka ada di dalam sebuah tanah pertambangan yang dalam, tetapi mereka memegang lampu Tuhan Yesus, Kalian dapat membunuh pemimpi tersebut, namun kalian tidak akan dapat membunuh mimpinya.”
0 komentar:
Posting Komentar